MANUSIA
1. SIAPAKAH MANUSIA?
Melihat demikian luasnya pembahasan filsafat tersebut,
maka pembahasan kita kali ini dibatasi pada bagian “ada yang umum”. Itupun hanya dalam masalah yang menjadi pusat
perhatian pemikir dewasa ini dan yang merupakan penentu jalannya sejarah
kemanusiaan, yakni “manusia” karena,
memang, dewasa ini orang tidak banyak lagi berbicara tentang bukti wujud tuhan
atau kebenaran wahyu, tidak pula menyangkutpertentangan agama dengan
aliran-aliran materialisme, tapi topic pembicaraan adalah “manusia”. Karena pandangan tentang hakekat manusia akan memberikan
arah dari seluruh sikap dan memberikan penafsiran terhadap semua gejala.
Dalam abad pertengahan, manusia dipandang sebagai
salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang melebihi makhluk-makhluk lainnya,
pandangan yang sejalan dengan keyakinan agama serta menganggap bahwa bumi
tempat manusia hidup merupakan pusat dari alam semesta. Tapi pandangan ini
digoyahkan oleh Galileo yang membuktikan bahwa bumi tempat tinggal manusia,
tidak merupakan pusat alam raya. Ia hanya bagian kecil dari planet-planet yang
mengintari matahari.
Manusia secara sadar disebut juga insane yang dalam
bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya
yang berarti lupa dan jika di lihat
dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak.
Kata insane dipkai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa
dan jinak artinya manusia selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Manusia yang cara
keberadaannya yang sekaligus yang membedakannya secara nyata dengan makhluk
yang lain. Seperti dalam kenyataan makhluk yang berjalan di atas dua kaki,
kemampuan berpikir dan berpikir tersebut yang menentukan manusia hakekat
manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan
makhluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat di lihat dalam seting
sejarah dan seting psikologis situasi emosonal dan intelektual yang melatar
belakangi karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia
sebagai makhluk yang menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi
dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang
sesudahnya dengan melengkapi sisi transendensi dikarenakan pemahaman lebih
bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih
lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya. (Musa asy’ari, Filsafat
islam, 1999).
2.Pandangan-Pandangan
Tentang Manusia.
1).Pre-Sokrates
- Sokrates
Pre-Sokrates
– Sokrates Menjelaskan Pada permulaan perkembangan pemikiran filsafat Yunani,
tampaknya semata-mata berurusan dengan dunia fisik saja. Kosmologi jelas amat
mengungguli penyelidikan-penyelidikan dalam cabang-cabang filsafat lainnya.
·
Mazhab Milesian mengembangkan filsafat jasmaniah.
·
Mazhab Pythagorean mengembangkan filsafat matematis.
Aliran ini berpendapat
bahwa unsur-unsur kualitatif kosmos berasal dari unsur-unsur kuantitatif, yaitu
bilangan-bilangan. Mazhab ini juga menaruh perhatian yang dalam pada masalah
manusia, tetapi terutama dari sudut keagamaan di dalam kelompok tertutup tempat
mereka hidup.
Para pemikir Eleatik
menjadi orang-orang pertama yang menggariskan cita-cita logika. Mereka
menegaskan bahwa hanya rasio yang dapat membuka jalan ke arah Ada yang benar
dan nyata.
2).Heraklitos
Heraklitos berdiri pada garis perbatasan antara pemikiran kosmologis dan pemikiran antropologis. Dia menolak konsep tentang Ada yang dikemukakan Mazhab Eleatik. Bagi dia, pengenalan indrawi menjadi titik tolak yang terpecaya meskipun ia sangat menjunjung tinggi rasio (logos) sebagai kemampuan untuk mengenal,namun rasio itu sama bergerak dan terlibat dalam proses menjadi seperti segala sesuatu yang ada.
Heraklitos berdiri pada garis perbatasan antara pemikiran kosmologis dan pemikiran antropologis. Dia menolak konsep tentang Ada yang dikemukakan Mazhab Eleatik. Bagi dia, pengenalan indrawi menjadi titik tolak yang terpecaya meskipun ia sangat menjunjung tinggi rasio (logos) sebagai kemampuan untuk mengenal,namun rasio itu sama bergerak dan terlibat dalam proses menjadi seperti segala sesuatu yang ada.
3).Protagoras
Protagoras, seorang sofis, mengatakan bahwa bukanlah Ada yang menentukan pengenalan kita, melainkan pengenalan kita yang menentukan Ada. Jadi bukan obyektivisme, melainkan subyektivisme. Oleh sebab itu dia berpendapat bahwa "manusia adalah tolok ukur untuk segala-galanya".
Meskipun mereka tergolong filsuf alam, namun Heraklitos sudah yakin bahwa mustahil menyelami rahasia alam tanpa mempelajari rahasia manusia. Kita harus memenuhi tuntutan akan pengenalan diri bila kita hendak tetap menguasai realitas dan memahami maknanya. Oleh sebab itu Heraklitos menyebut seluruh filsafatnya dengan dua kata edizesamen emeoton ("Aku mencari diriku sendiri"). Namun kecendrungan berpikir yang baru ini, baru matang pada masa Sokrates, sehingga persoalan tentang manusia merupakan patokan yang membedakan pemikiran Sokrates dengan pemikiran pre-Sokrates. Ungkapan Sokrates yang sangat terkenal adalah "kenalilah dirimu sendiri". Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mencari dirinya sendiri dan yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensinya. Sokrates berkata dalam Apologia, "Hidup yang tidak dikaji" adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Bagi Sokrates, manusia adalah makhluk yang bila disoroti pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara rasional pula. Menurut Sokrates, hakekat manusia tidak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata tergantung pada penilaian diri atau pada nilai yang diberikannya kepada dirinya sendiri. Semua hal yang 'ditambahkan dari luar' kepada manusia adalah kosong dan hampa. Kekayaan, pangkat, kemasyhuran dan bahkan kesehatan atau kepandaian semuanya tidak pokok (adiaphoron). Satu-satunya persoalan adalah kecendrungan sikap terdalam pada hati manusia. Hati nurani merupakan "hal yang tidak dapat memperburuk diri manusia, tidak dapat juga melukainya baik dari luar maupun dari dalam".
Protagoras, seorang sofis, mengatakan bahwa bukanlah Ada yang menentukan pengenalan kita, melainkan pengenalan kita yang menentukan Ada. Jadi bukan obyektivisme, melainkan subyektivisme. Oleh sebab itu dia berpendapat bahwa "manusia adalah tolok ukur untuk segala-galanya".
Meskipun mereka tergolong filsuf alam, namun Heraklitos sudah yakin bahwa mustahil menyelami rahasia alam tanpa mempelajari rahasia manusia. Kita harus memenuhi tuntutan akan pengenalan diri bila kita hendak tetap menguasai realitas dan memahami maknanya. Oleh sebab itu Heraklitos menyebut seluruh filsafatnya dengan dua kata edizesamen emeoton ("Aku mencari diriku sendiri"). Namun kecendrungan berpikir yang baru ini, baru matang pada masa Sokrates, sehingga persoalan tentang manusia merupakan patokan yang membedakan pemikiran Sokrates dengan pemikiran pre-Sokrates. Ungkapan Sokrates yang sangat terkenal adalah "kenalilah dirimu sendiri". Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mencari dirinya sendiri dan yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensinya. Sokrates berkata dalam Apologia, "Hidup yang tidak dikaji" adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Bagi Sokrates, manusia adalah makhluk yang bila disoroti pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara rasional pula. Menurut Sokrates, hakekat manusia tidak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata tergantung pada penilaian diri atau pada nilai yang diberikannya kepada dirinya sendiri. Semua hal yang 'ditambahkan dari luar' kepada manusia adalah kosong dan hampa. Kekayaan, pangkat, kemasyhuran dan bahkan kesehatan atau kepandaian semuanya tidak pokok (adiaphoron). Satu-satunya persoalan adalah kecendrungan sikap terdalam pada hati manusia. Hati nurani merupakan "hal yang tidak dapat memperburuk diri manusia, tidak dapat juga melukainya baik dari luar maupun dari dalam".
4).Karl Max
Karl max menunjukkan perbedaan antara manusia dengan
binatang tentang kebutuhannya, binatang langsung menyatu dengan kegiatan
hidupnya. Sedangkan manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehandak dan
kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa yang ia butuhkan secara langsung
bagi didirya dan keturunannnya, sedangkan manusia berproduksi secara universal
bebas dari kebutuhan fisik, ia baru produksi dari yang sesungguhnya dalam
kebebasan dari kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari produknya dan
binatang berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan jenis produksinya, manusia
berproduksi menurut berbagai jenis dan ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan
manusia berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Manusia dalam bekerja secara
bebas dan universal, bebas I dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan
langsung, universal dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan
yang sama. Dipihak yang lain ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam
kerangka salah satu kebutuhan.
Manusia di bedakan dari hewan di karenakan
kemampuannya untuk melakukan refleksi (tremasuk opersi-operasi intensionalitas,
keterarahan, temporaritas dan transendensi) yang menjadikan makhluk berelasi
dikarenakan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan dengan dunia.
5).Antropologi
Antropologi adalah merupakan salah satu dari cabang
filsafat yang mempersoalkan tentang hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya
manusia selalu mempertanyakan tentang dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang
kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang
dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang makna hidupnya di
tengah dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna keberadaanya ditengah
kompleksitas perubahan itu? Pertanyaan tentang hakekat manusia merupakan pertanyaan
kuno seumur keberadaan manusia di muka bumi. Dalam jawaban tentang manusia
tidak pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan
realitas dalam keeling manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak
berubah.
6).Paulo
Freire
Manusia menurut
Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan
dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup
dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang
hanya berada dalam dunia.
Manusia
dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya untuk melakukan refleksi
(termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan
trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk
meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat
historis manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang
menunjukan disini berhubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan
berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah juga sebaliknya
manusia diciptakan oleh sejarah. (Denis Collin, Paulo Freire Kehidupan,
Karya dan Pemikirannya, 2002).
Hakekat manusia
selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan
monoteisme, yang menccari unsur pokok yang menentujkan yang bersifat tunggal,
yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua
unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan nyaitu materi dan
rohani, nyakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya
berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco
kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua
unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua
unsur yang membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan
dirinya , kan tetapi bukan berarti bahwea ia tidak dapat menentukan jalan hidup
setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai
kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban mengenai
pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.
(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
apa yang
dikatakan Al-Qur’an tentang manusia?
Tidak sedikit
ayat Al-Quran yang berbicara tentang manusia; bahkan manusia adalah makhluk
pertama yang telah disebut dua kali dalam rangkaian wahyu pertama (QS 96:1-5).
Manusia sering mendapat pujian Tuahn. Dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain,
ia maempunyai kasitas yang sangat tinggi (QS 11:3), mempunyai kecenderungan
untuk dekat kepada Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadirang Tuhan yang
terdapat jauh di bawah alam sadarnnya (QS 30:43). Ia diberi kebebasan dan
kemerdekaan serta kepercayaan penuh untuk memilih jalannya masing-masing (QS
33:72; 76:23). Ia di beri kesabaran moral untuk memilih mana yang baik dan mana
yang buruk, sesuai dengan nurani mereka atas bimbingan wahyu (QS 91:7-8). Ia
adalah makhluk yang dimuliakan Tuhan dan diberi kesempurnaan dibandingkan
dengan makhluk lainnya(QS 17:70). Serta ia pula yang telah diciptakan Tuhan
dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS 95:4).
Komentar
Posting Komentar